Hari Raya Idul Fitri,
atau ada juga yang menyebutnya Lebaran, sebentar lagi tiba. Ada yang gembira
menyambutnya. Ada yang bersedih karena akan berpisah dengan Ramadhan. Kamu
termasuk yang bagaimana?
Aku dan Bundaku memakai baju Lebaran...
hihi foto dari tahun kapan ya. Sori ya, nggak ada foto ilustrasi terbaru.
Kalau aku sih, ya
gembira... ya bersedih juga hihihi.... Tapi tahukah kamu bagaimana asal-usulnya
ada Hari Raya Idul Fitri?
Hampir semua sumber
menyebutkan bahwa Hari Raya Idul Fitri dirayakan sebagai pengganti Hari Raya
lain. Hah, Hari Raya apaan?
Perayaan Hari Raya
Idul Fitri tidak bisa dilepaskan dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Daud. Begini lengkapnya hadis itu:
Diriwayatkan
dari ‘Anas RA berkata: Ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah dan penduduk
Madinah memiliki dua hari raya yang di dalamnya mereka berpesta-pesta dan
bermain-main di hari itu pada masa jahiliyah. Lalu Beliau SAW bersabda: Apakah
dua hari itu? Mereka berkata: pada hari itu kami berpesta-pesta dan
bermain-main dan ini sudah ada sejak zaman jahiliah dulu. Maka Rasulullah SAW
bersabda: sesungguhnya Allah telah menggantikannya untuk kalian dengan dua hari
yang lebih baik yaitu Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri. (Hadis
Riwayat Abu Daud).
Ada yang bilang hari
raya yang diganti itu namanya An-Nairuz dan Al-Mahrajan. Kedua hari raya itu
kesannya hura-hura, pesta, dan mungkin ada yang lebih mengerikan lagi karena
sudah ada sejak zaman jahiliah. Nah, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha yang
lebih indah datang menggantikan.
Adikku mau ke masjid. Dia ikut lomba tahfiz Al-Qur'an. Alhamdulillah juara ke-3.
Hari Raya Idul Fitri
sendiri biasa disebut Hari Raya Kemenangan. Ya, karena Hari Raya Idul Fitri ada
setelah umat Islam beribadah shaum atau puasa selama bulan Ramadhan. Menahan
haus, lapar, napsu-napsu, menggunjing dan kelakuan jelek lainnya, dari terbit
fajar sampai terbenam matahari; bukankah itu suatu perjuangan yang berat?
Maka Hari Raya Idul
Fitri itu diberikan bagi siapapun yang selama shaumnya bisa “kembali ke suci”. Bagi
yang shaumnya bolong-bolong, tarawihnya jarang, sholatnya sering ketinggalan,
baca Al-Qur’annya hanya satu juz selama sebulan (apalagi yang tidak baca sama
sekali), sodaqohnya sama aja dengan hari-hari biasa; Hari Raya Idul Fitri rasanya
bukan Hari Kemenangan.
Bentuk perayaan
lainnya di setiap daerah, apalagi di belahan dunia yang jauh, berbeda-beda. Di
kita Indonesia, Hari Raya Idul Fitri sering ditandai dengan “mudik”,
maaf-maafan ke rumah saudara, tetangga dan kenalan lainnya, baju baru, kumpul
keluarga, makan kupat-opor ayam, dsb.
Kamu udah beli baju
baru? Aku sih kurang kepikiran. Aku hanya ingin hatam Al-Qur’an, yang lainnya
nyusul. Kamu mau mudik? Semoga selamat dan lancar di jalan ya. Aku sendiri
tidak “mudik”, tapi “ngota”. Rumahku kan di kampung pinggir hutan, Idul Fitri
rencananya ke Bandung (rumah nenek), jadi ke kota, bukan ke udik.
Minal
aidzin wal faidzin, maafkan lahir dan bathin. Selamat Hari Raya
Idul Fitri. Semoga kita sama-sama “kembali ke fitri”, kembali menjadi suci.
Aamiin. ***
Artikel ini disponsori oleh:
Judul : IMPIAN MILA
Penulis : Hanna Qurrota Aini, Nadira Ramadhan Rosapatria, Zahra Roidah Amalia Hasna, Nabila Najlaa, Hesty Nurul Kusumaningtyas, Ghilman Fadhlil Azhim Tasya, Fityan Fadhlil Azhim Tasya, Semilir Asih Istiqamah
ISBN : 978-602-1614-96-9
Harga : 25.000
PEMESANAN HUB:
WA : 085772751686
BBM : 5CEFDB37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar